Peran kesejarahan Nahldatul Ulama (NU) dalam ikut mewujudkan Kemerdekaan Negara Indonesia ternyata masih dinafikan sebagian pihak. Terbukti peranan NU tak pernah disebut dalam buku sejarah, khususnya pada buku mata pelajaran sekolah dasar dan menengah.
Ungkapan keprihatinan itu dikemukakan Rois Syuriah PBNU Drs.KH. Masdar F. Mas’udi, pada Rapat Pleno Pengurus Pusat LP Ma’arif NU di Jakarta, Rabu (19/3) lalu. Beliau menyuarakan keprihatinannya atas raibnya peran kesejarahan Nahldatul Ulama (NU) dalam buku mata pelajaran bagi sekolah dasar dan menengah.
Kepada peserta rapat Pleno yang dihadiri segenap Penasehat, Pengurus Harian dan Pengurus Bidang tersebut, Kiai asal Banyumas yang dikenal dengan bukunya Pajak Itu Zakat mengharap hal ini diperhatikan dengan serius. “Ini sungguh fatal padahal ulama NU berjuang hidup mati demi membela NKRI”, tegas Kia Masdar berapi-api sembari menunjukkan buku pelajaran sejarah itu. Selainn berharap penuh kepada LP Ma’arif NU untuk membahas persoalan genting tersebut, KH.Masdar F. Mas’udi juga menginginkan kalangan Nahdlatul Ulama untuk bersikap pro-aktif dalam berbagai persoalan kebangsaan. “Ternyata masih banyak persoalan yang terlewatkan dari pantauan kita, baik soal pendidikan maupun kebangsaan lainnya,” paparnya lebih lanjut.
Rapat Pleno yang diawali dengan Dialog Pendidikan, menghadirkan sejumlah nara sumber diantaranya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Dirjen Pendidikan Menengah, Prof.Dr.Ahmad Jazidy dan Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar. Sementara dari pihak Kementerian Agama hadir Kasubdit Pendidikan Diniyah Dirktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Mamat S. Burhanuddin, dan Kasubag TU Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, H. Aceng Abdul Azis, M. Pd. Pada sessi terakhir Rapat Pleno yang dipandu oleh Drs.H.Wahyudin Ghozali berhasil memutuskan rumusan arah program prioritas 2014 yang meliputi 9 point. Diantara program penting yang perlu diimplementasikan adalah soal payung hukum satuan pendidikan, system penjaminan mutu dan pendataan bagi sekolah dan madrasah di lingkungan LP Ma’arif NU
Ungkapan keprihatinan itu dikemukakan Rois Syuriah PBNU Drs.KH. Masdar F. Mas’udi, pada Rapat Pleno Pengurus Pusat LP Ma’arif NU di Jakarta, Rabu (19/3) lalu. Beliau menyuarakan keprihatinannya atas raibnya peran kesejarahan Nahldatul Ulama (NU) dalam buku mata pelajaran bagi sekolah dasar dan menengah.
Kepada peserta rapat Pleno yang dihadiri segenap Penasehat, Pengurus Harian dan Pengurus Bidang tersebut, Kiai asal Banyumas yang dikenal dengan bukunya Pajak Itu Zakat mengharap hal ini diperhatikan dengan serius. “Ini sungguh fatal padahal ulama NU berjuang hidup mati demi membela NKRI”, tegas Kia Masdar berapi-api sembari menunjukkan buku pelajaran sejarah itu. Selainn berharap penuh kepada LP Ma’arif NU untuk membahas persoalan genting tersebut, KH.Masdar F. Mas’udi juga menginginkan kalangan Nahdlatul Ulama untuk bersikap pro-aktif dalam berbagai persoalan kebangsaan. “Ternyata masih banyak persoalan yang terlewatkan dari pantauan kita, baik soal pendidikan maupun kebangsaan lainnya,” paparnya lebih lanjut.
Rapat Pleno yang diawali dengan Dialog Pendidikan, menghadirkan sejumlah nara sumber diantaranya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Dirjen Pendidikan Menengah, Prof.Dr.Ahmad Jazidy dan Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar. Sementara dari pihak Kementerian Agama hadir Kasubdit Pendidikan Diniyah Dirktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Mamat S. Burhanuddin, dan Kasubag TU Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, H. Aceng Abdul Azis, M. Pd. Pada sessi terakhir Rapat Pleno yang dipandu oleh Drs.H.Wahyudin Ghozali berhasil memutuskan rumusan arah program prioritas 2014 yang meliputi 9 point. Diantara program penting yang perlu diimplementasikan adalah soal payung hukum satuan pendidikan, system penjaminan mutu dan pendataan bagi sekolah dan madrasah di lingkungan LP Ma’arif NU
Posting Komentar